BID’AH
DALAM AGAMA
Pertanyaan.
Menurut ahli sunnah wal jamaah,
bid’ah terbagi dua yaitu bid’ah hasanah(baik) dan bid’ah dhalalah(bid’ah
sesat), tetapi ada sekolompok orang yang berpendapat bahwa bid’ah itu hanya satu yaitu bid’ah
dhalalah(bid’ah sesat).Nah, siapakah yang benar ini ?
Jawab.
Untuk mengetahui mana yang benar
dan yang salah, terlebih dahulu kita harus mengetahui arti atau definisi dari
kata-kata bid’ah menurut masing-masing kelompok yang berbeda pendapat itu. Baik
disegi bahasa maupun menurut istilah.
I . BIDA’H DALAM PENGERTIAN BAHASA ARAB.
Secara etimologi, bid’ah artinya
setiap perkara baru yang diadakan atau diciptakan tanpa adanya contoh terlebih
dahulu.
Tersebut dalam kitab kamus Munjid
مااحدث على غير مثال سابق
“ Sesuatu yang
diadakan atas tiada contoh yang terdahulu”.
Jadi, kalaupun dibuka seluruh
kitab kamus bahasa Arab, namun arti bid’ah tetap sama, yaitu:”Membuat atau
mengadakan sesuatu tanpa ada contoh terlebih dahulu”.
Kita tidak memanjangkan
pembahasan bid’ah menurut bahasa, karena itu bukan tujuan kita, hanyasanya kita
singgung sedikit supaya nanti dapat dibedakan antara bid’ah menurut bahasa Arab
dan bid’ah menurut istilah Syara’(Agama).
II . BID’AH MENURUT ISTILAH
Ada dua kelompok ulama yang mendefinisikan bid’ah menurut istilah
syara’, yaitu:
1. Ulama yang mendefinisikan bid’ah secara umum, yaitu setiap
perkara baru yang belum, atau tidak dikerjakan dimasa Rasulullah SAW.
2. Ulama yang mendefinisikannya secara khusus, yaitu setiap perkara
baru yang diada-adakan yang bertentangan dengan syari’at Nabi Muhammad SAW.
A . DEFINISI KELOMPOK PERTAMA
Berkata Imam Asy-Syafiiy
المحدثات في الأمور ضربان: أحدهما ما
حدث يخالف كتاباً أو سنة أو أثراً أو إجماعاً فهذه البدعة الضلالة. والثاني: ما أحدث
من الخير لا خلاف فيه لواحد من هذا فهي محدثة غير مذمومة.
"Perkara
baru yang tidak ada di zaman Nabi Muhammad SAW itu ada dua kategori:
1. Perkara baru
yang bertolak belakang dengan Asl Qur'an, Sunnah, pendapat sahabat atau Ijma,
maka itu termasuk bid'ah yang sesat (bid'ah dhalalah).
2. Perkara baru
yang termasuk baik (hasanah), tidak bertentangan dengan Al Qur'an, Sunnah,
pendapat sahabat atau Ijma, maka perkara baru ini tidak tercela."( Lihat:
Manaqib Asy-Syafi’iy. Hilyatul Auliya’ oleh Abu Nu’aim: 9/113)
Imam Abdurrahman bin Ismail
Al-Muqadisiy Asy-Syafi’iy, yang terkenal dengan Abu Syammah(wafat: 665 H),
mendifinisikan bid’ah sebagai berikut
وهو مالم يكن في عصر النبي صلى
الله عليه وسلم، مما فعله، أو أقر
عليه، أو علم من قواعد شريعته الإذن فيه، وعدم النكير
“Sesuatu yang tidak ada pada masa
Nabi Muhammad SAW, baik perbuatannya,atau pengakuannya, atau sesuatu yang tidak
diketahuikan akan adanya izin dan tiada ingkar dalam qaidah-qaidah
syari’atnya”.(Lihat: Al-Baa’is ala Inkari Al-Bid’ah)
Berkata Ibnu Atsiir
البدعة بدعتان: بدعة هدى وبدعة ضلال .. فما كان في خلاف ما أمر الله
به ورسوله صلى الله عليه وسلم، فهو في حيز الذم والإنكار، وما كان واقعاً تحت عموم
ما ندب الله إليه وحض عليه أو رسوله فهو في حيز المدح
"Bid'ah itu ada dua macam, bid'ah huda (yang
berpetunjuk) dan bid'ah dhalal (sesat), jika perkaranya bertolak belakang
dengan apa yang diperintahkan Rasulullah SAW maka itu termasuk tercela dan
dikecam. Jika perkara itu termasuk yang disunahkan dan dianjurkan maka perkara
itu terpuji”. (lihat An-Nihayah, karangan Ibnu Al Atsir juz 1. h. 80)
Syeikh Izzuddin bin Abdissalam (wafat: 660 H), dalam kitab
Qawaa’idul Ahkam, menyebutkan:
البدعة فعل مالم يعهد في عصر رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Bid’ah adalah mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak
dikenal pada masa Rasulullah SAW”
Dan beliau membagikan bid’ah kepada lima bagi, yaitu:
1. Bid’ah wajib
2. Bid’ah sunat
3. Bid’ah haram
4. Bid’ah
makruh
5. Bid’ah mubah
Inilah sebagian daripada definisi ulama kelompok yang
pertama, dan masih banyak lagi yang tidak kami sebutkan disini.
Jadi, Menurut definisi dari ulama kelompok pertama,
maka bid’ah itu ada yang baik (hasanah) dan ada yang tercela( mazmumah), tidak
semua bid’ah itu hasanah, dan tidak pula semuanya mazmumah dan
dhalalah(sesat).Yang sesuai dengan sunnah, maka itu bid’ah hasanah dan yang
bertentangan dengannya dinamakan bid’ah mazmumah dan dhalalah.
B .DEFINISI KELOMPOK KEDUA
Berkata
As-Sayuthi:
والبدعة عبارة عن فعلة تصادم الشريعة بالمخالفة، أو توجب التعاطي
عليها بزيادة أو نقصان
,”Bid’ah adalah ungkapan tentang perbuatan yang bertabrakan dengan syari’at
dengan cara menyelisihinya atau melakukannya dengan cara menambah atau
mengurangi” ( Al-Amru Bi Tiba’
wan Nahyi anil Ibtida’ :1 hal 5)
. Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
بدعة : وهي ما أحدث على خلاف أمر الشارع ، ودليله الخاص أو العام
ابتداع الأمور التي ليس لها أصل في الشرع ، أما ما كان مبنيا على
قواعد الأصول ومردودا إليها . فليس ببدعة ولا ضلالة .
"
Bid'ah adalah sesuatu yang baru yang diada-adakan atas sebalik perintah Syari',
dan dalilnya yang khusus atau umum. Mengadakan perkara yang tidak ada asalnya
pada syara’. Adapun sesuatu yang terbangun diatas qaidah-qaidah usul(syara’)
dan dikembalikan kepadanya, maka itu bukan bid’ah dan tidak sesat".(Lihat:
Tuhfatu Rabaniyah Syarah Arbain An-Nawawi : Hadits ke 28)
Berkata Asy-Syathibiy
البدعة طريقة في
الدين مخترعة تضاهي الشرعية ، يقصد بالسلوك عليها المبالغة في التعبد لله
” Bid’ah adalah sebuah tata cara
dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at yang maksudnya adalah
berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah( Lihat: Al-I’tisham)
Sa’id bin Ali bin
Wahaf Al-Qahthaniy berkata:
وهي التي لم يدل عليها دليل شرعي لا من كتاب، ولا سنة، ولا إجماع،
ولا استدلال معتبر عند أهل العلم، لا في الجملة ولا في التفصيل؛
“Bid’ah
adalah sesuatu yang tidakmenunjuki oleh dalil syara’ atasnya, tidak ada dalam
Kitab (Al-Quran), tidak ada dalam sunnah, tidak ada dalam ijma’ , tidak
menunjuki dalil yang mu’tabar(yang dapai dipakai) menurut ahli ilmu, tadak ada
secara global, dan tidak ada secara terperinci”. :( Nurussunnah wa Dhulmatulbid’ah .1 hal 28)
Syeikh Ahmad bin Asy-Syaikh Hijaziy Al-Fasyaniy berkata:
ما آحدث على خلاف امر الشارع ودليله الخاص او العام. فآن
الحق فيما جاء به الشرع وليس بعد الحق الا الضلال
" Bid'ah adalah sesuatu yang baru yang
diada-adakan atas sebalik perintah Syari', dan dalilnya yang khusus atau umum.
Karena kebenaran itu pada apa yang dibawa oleh syara’, dan tidak ada yang
datang sesudah kebenaran kecuali kesesatan”.(Lihat: Majalisusaniah, hal 87,
hadits ke 28)
Berkata Ibnu Umar RA.
وعن ابن عمر رضي الله عنه، قال: كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة.
Dari Abdullah
bin Umar radliyallahu ‘anhuma ia berkata,” Setiap bid’ah itu sesat walaupun
dipandang baik oleh manusia”.(Al- Amru bi
Il- Itba' wan Nahyu Anil Ibtida': 1/ 3)
Inilah
diantara difinisi-definisi dari ulama kelompok kedua.
Jadi. Menurut definisi
dari ulama kelompok kedua ini, semua bid’ah dalam agama adalah mazmumah dan
dhalalah(sesat). Walaupun orang-orang menganggapnya baik. Adapun yang tidak
bertentangan dengan qaidah-qaidah syara’, maka itu bukanlah bid’ah dan tidak
sesat.
C . KESIMPULAN.
Setelah kita
memperhatikan semua definisi bid’ah dari kedua kelompok ulama nampaklah bagi
kita bahwa:
1.
Urusan atau perbuatan yang bersangkutan dengan agama
yang tidak dikenal atau dikerjakan dimasa Rasulullah SAW,dan baru dikerjakan
sesudah Beliau wafat, apabila bertentangan dengan perintah Allah dan
Rasulullah SAW, atau tidak bersumber dari Al-Quran, Alhadits, Ijma’, atau tidak
didapatkan dalinya secara khusus atau umum dalam agama, maka semua ulama
sepakat untuk memberi istilah kepada perbuatan ini dengan ‘Bid’ah mazmumah(yang
tercela), atau bid’ah dhalalah(sesat), atau bid’ah qabihah( yang keji)’.
2.
Adapun perbuatan yang bersangkutan dengan agama yang
tidak dikerjakan dimasa Rasulullah SAW, dan baru dikerjakan sesudah Beliau
wafat, apabila terdapat sumbernya dari Al-Quran, Al-Hadits, Ijma’, atau
qa’idah-qa’idah syara’, baik secara khusus atau umum, maka menurut sebagian
ulama perbuatan ini dinamakan dengan “bid’ah hasanah(baik), atau bid’ah
mahmudah(terpuji). Sedangkan menurut sebahagian yang lain, perbuatan
ini dinamakan dengan Sunnah, bukan bid’ah.
Contoh:
1.
Membukukan kitab suci Al-Quran, yang dilakukan mulanya
oleh Saidina Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, dan kemudian dilanjutkan dan
disempurnakan oleh Saidina Usman bin Affan RA.
2.
Sembahyang tarawih 20 rakaat yang dikerjakan secara
berjamaah sebulan penuh di mesjid yang diadakan oleh Saidina Umar RA.
3.
Azan pertama pada sembahyang jum’at yang diperintahkan
oleh Saidina Usman RA.
4.
Dan banyak lagi contoh lainya.
Maka menurut
sebahagian Ulama, ini semua dinamakan dengan bid’ah hasanah.Karena
semua ini tidak dikerjakan dimasa Rasulullah SAW, dan baru dikerjakan oleh para
sahabat Nabi yang utama, dan perbuatan mereka tidak bertentangan dengan syara’.
Sedangkan ulama lainnya menamakan ini semua dengan
sunnah, bukan bid’ah. Karena semua ini merupakan sunnah
Khulafaurrasyidin, dan Nabi SAW, memerintahkan kita untuk mengikuti sunnah
mereka. Nabi SAW, bersabda:
فعليكم بسنتى وسنة
الخلفاء الراشدين المهدين من بعدي
“
Wajib atas kamu memegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang
diberi petunjuk sesudahku”. (HR. Abu Daud dan Tirmiziy)
3.
Setiap urusan agama yang diada-adakan tanpa bersumber
dari agama tidak boleh dikerjakan. Karena itu bid’ah dhalalah(sesat). Semua
ulama sepakat tentang masalah ini. Dan setiap urusan agama yang bersumber dari
agama, boleh dikerjakan walaupun urusan itu tidak dikerjakan dimasa Rasulullah
SAW, karena itu adalah Bid’ah hasanah menurut sebahagian ulama,
dan sunnah menurut sebahagian ulama yang lain.
4.
Perbedaan pendapat tentang masalah definisi bid’ah,
hanyalah bersifat istilahnya saja, tetapi hakikatnya sama.
5. Kedua kelompok ulama yang berbeda tinjauan tentang bid’ah itu semuanya
termasuk golongan ahli sunnah wal jamaah. Walaupun definisi bid’ah yang kedua
ini diikuti oleh ulama - ulama lain.
6. Bid’ah yang maksud disini adalah bid’ah yang bersankutan dengan agama.
Hanya inilah yang dapat saya
sampaikan sebagai jawaban bagi teman- teman yang bertanya kepada saya, semoga
bermanfaat, dan dimana ada kesalahan tolong diperbaiki.